posKu

  • budaya
  • hukum
  • politik
  • lifestyle
  • humor

Jumat, 03 September 2010

SEPEDA MOTOR: KRISTALISASI KEBUDAYAAN DARI ONTOLOGIS MENUJU FUNGSIONALIS MENGALAMI TRANSPARADIGMA

Sepeda motor sebagai produk dari kristalisasi kebudayaan manusia yang mengalami transparadigma dari paradigma ontologis menuju fungsionalis yang dipengaruhi perubahan kondisi masyarakat. Oleh karena itu diperlukan pemikiran kritis progresif untuk menyikapi keberadaan sepeda motor.
Kata kunci: kristalisasi kebudayaan, transparadigma, ontologis-fungsionalis

Sepeda motor ternyata memiliki cerita sejarah yang panjang di Indonesia. berbagai informasi mengatakan bahwa sepeda motor sudah hadir di negara ini sejak masih berada di bawah pendudukan Belanda dan masih bernama Hindia Timur, Oost Indie atau East India. Data yang ada menyebutkan sepeda motor ada sejak tahun 1893 atau 115 tahun yang lalu.

Sepeda motor pertama di buat oleh ahli mesin Jerman Gottlieb Daimler tahun 1885 ketika dia memasang sebuah mesin dengan pembakaran sempurna pada sebuah sepeda kayu yang dia desain sendiri. Sepeda tersebut memiliki empat roda, termasuk dua roda tambahan (seperti roda pada sepeda anak-anak). Kecepatan awal sepeda motor pertama ini mendekati 10Kpj.

Di Indonesia sendiri kehadiran sepeda motor pertama kalinya dimiliki oleh orang inggris yang bernama John C Potter. Seorang masinis ini memesannya langsung ke pabrik Hildebrand und Wolfmüller, di Muenchen, Jerman. Sepeda motor buatan Hildebrand und Wolfmüller itu belum menggunakan rantai, roda belakang digerakkan secara langsung oleh kruk as (crankshaft). Sepeda motor itu belum menggunakan persneling, belum menggunakan magnet, belum menggunakan aki (accu), belum menggunakan koil, dan belum menggunakan kabel-kabel listrik. Sepeda motor itu menyandang mesin dua silinder horizontal yang menggunakan bahan bakar bensin atau nafta. Diperlukan waktu sekitar 20 menit untuk menghidupkan dan mestabilkan mesinnya. Namun, seiring dengan perkembangan zaman sepeda motor mengalami penyempurnaan mulai dari bentuk, mesin, hingga fungsinya.

Kristalisasi Kebudayaan
Dari sejarah ditemukannya sepeda motor diatas menunjukan pada kita bahwa kebudayaan itu tidak bersifat statis melainkan dinamis menuruti hasrat manusianya. Seperti yang dijelaskan Bakker, kebudayaan tidak cukup dipahami hanya berdasarkan etimologinya. Misalkan kata culture. Kebudayaan bagi Bakker adalah suatu aktivitas/proses sekaligus hasil, dan hasil tersebut juga mesti dibentuk dan dibentuk lagi. Kebudayaan berunsurkan pengetahuan, teknologi, kesosialan, ekonomi dan kesenian. Unsur-unsur ini saling berkonfigurasi memproduksi nilai-nilai, memberi bentuk dan makna.
Sepeda motor merupakan hasil dari proses. Proses dari pemutakhiran sebuah teknologi dan aktualisasi pemikiran (idea) manusia. Mengapa demikian, hal ini dikarenakan sepeda adalah sebuah alat yang diciptakan manusia untuk mempersingkat waktu. Namun ketika manusia merasakan bahwa peciptaan mesin bermotor akan lebih memepersingkat waktu dan jarak tempuh maka, ada sebuah aktualisasi pemikiran untuk mencitakan sepeda dengan mesin bermotor. Proses tersebut pun tidak sampai disitu, namun terus berlanjut. Hal demikianlah yang disebut kristalisasi dalam bentuk wujud. Tidak ada lagi yang disebut sebagai budaya berjalankaki melainkan budaya bermotor.
Dari Ontologis Menuju Fungsionalis
Paradigma ontologis menurut van Peursen adalah keinginan secara bebas untuk mengetahui segala ihwal dengan berdistansi dari realitas. Pemikiran ontologis berbicara dan bertanya mengenai hakikat sesuatu, berkonsentrasi pada apa itu sesuatu. Sedangkan paradigma fungsionalis merupakan pembebasan dari kerangka pemikiran substansial, dan berkonsenterasi pada bagaimana itu ada.
Tahap fungsional adalah pencarian kembali relasi yang tepat antara manusia dan realitas di luarnya, upaya untuk mempertaukan diri dalam jaringan interaksi. Dengan demikian manusia lebih memahami realitas dari sisi efek bagi dirinya. Inilah sebuah pemikirian dengan asas terbalik.

Transparadigma
Transparadigma dikatakan sebagai perpindahan gagasan. Perpindahan timbul akibat adanya unsur-unsur pendorong dan keterbatasan. Sepeda motor tercipta karena pemikiran fungsionalis. Perkembangan mesin dari abad ke abad semakin mutakhir dan lebih menguntungkan untuk konsumen dengan pertimbangan fungsi atau biasa disebut utilitas, maka jumlah sepeda motor di Indonesia mengalami peningkat. Selain itu, tingkat pendapatan perkapita juga ikut menjadi indikator.

Awal perubahan paradigma terjadi dari peningkatan atau penurunan mobilitas sosial. Seperti yang dijelaskan Narwoko Mobilitas sosial juga dapat berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan biasanya termasuk pula dari segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau keseluruhan anggota kelompok. Berdasarkan Deputi Neraca dan Bidang Analisis Statistik . Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 yang mencapai 4,5% membuat pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2009 naik menjadi Rp 24,3 juta (US$ 2.590,1) dibandingkan tahun 2008 yang sebesar Rp 21,7 juta (US$ 2.269,9). Hal ini berarti berarti secara umum penduduk Indonesia terjadi peningkatan mobilitas. Salah satu yang terpengaruh adalah perubahan standar hidup sehingga kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersier dapat dipenuhi.

Terjadinya transparadigma memiliki keterkaitan dengan teori perilaku konsumen. Titik berat dari teori ini adalah bagaimana permintaan konsumen terbentuk dan kapan konsumen merasa puas. Aspek demikian, pada gilirannya berperan menentukan corak sikap. Selanjutnya van Peursen menyebutkan cara tafsir kita terhadap teknologilah dan bersikap selektif merupakan unsur strategi kebudayaan. Selain itu perlu ditekankan bahwa daya cipta itu penting, inventivitas harus dipupuk. Daya cipta tidak serta-merta mesti melihat ke depan. Daya cipta kadang justru memerlukan langkah mundur ke belakang, agar dapat melompat ke depan. Karena sebuah kemajuan bisa mengandung kemunduran yang fatal. Van Peursen mengartikan kebudayaan adalah pekerjaan yang tidak pernah selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar